Emotional Marketing adalah Strategi dengan Membangkitkan Emosi

emotional marketing adalah

Emotional marketing adalah strategi bisnis dengan membangkitkan emosi calon konsumen. Emosi di sini tentunya emosi yang positif ya.

Harapannya, strategi ini dapat mengikat konsumen sehingga branding dan penjualan pun meningkat. Nah, kita mau bikin konten-konten seperti apa agar tepat sasaran?

Mempelajari strategi pemasaran secara emosional ini penting. Sebab, emosi punya kekuatan tersendiri. Strategi dengan membangkitkan emosi ini bisa mempengaruhi seseorang (dalam hal ini calon konsumen) untuk mengambil keputusan.

Untuk memahami kekuatan pemasaran, perlu bagi kita untuk mengerti bagaimana otak merespons stimulus lalu mengambil keputusan.

Memahami Emotional Marketing

Menurut psikolog perilaku, kinerja otak dalam mengambil keputusan tersebut dibagi menjadi dua macam. Pertama ialah sistem cepat dan yang ke dua adalah sistem lambat.

Pada sistem cepat; pengambilan keputusan berlangsung secara kilat, di alam bawah sadar. Jadi seperti irasional, berdasar pada persepsi, intuisi bukan logika.

Sedangkan pada sistem yang ke dua yaitu sistem lambat, otak bekerja menganalisa. Bagian rasional otak manusia ini berguna juga untuk memahami dan mengatasi persoalan sehari-hari.

Sistem-sistem itulah yang menciptakan kesan asosiatif, emosi dan perasaan di dalam otak. Nah dari situ, kita bereaksi merespon hal-hal tertentu dengan cara yang tertentu pula.

Sistem lambat maupun sistem cepat tersebut amat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, termasuk soal brand, produk atau jasa.

Emotional Marketing Pemasaran Antarperusahaan

Model bisnis yang berlangsung antara pebisnis/perusahaan langsung dengan konsumen (biasa disebut B2C, business to consumer) sudah tentu memerlukan strategi emotional marketing. Selain B2C, rupanya model bisnis B2B (business to business) juga membutuhkannya lho.

Ya, B2B merupakan model bisnis perusahaan dengan perusahaan, jadi si pelaku bisnis ini memasarkan produk/jasanya tidak ke individu melainkan ke perusahaan lainnya.

Memang, menerapkan strategi pemasaran emotional pada B2C maupun B2C sama sulitnya. Namun keduanya sama-sama berpotensi meningkatkan branding dan penjualan.

Tips Lesatkan Branding dan Penjualan

Agar strategi ini berhasil mencapai tujuan, tentu saja perlu kehati-hatian. Berikut ini beberapa tips agar strategi emotional marketing menuai hasil.

Nomor satu, pelajari dulu lima emosi dasar manusia. Seperti yang ada pada film animasi berdasar riset psikologi Inside Out, terdapat lima emosi yang digambarkan lewat karakter Disgus (perasaan jijik), Fear (takut), Joy (senang), Sadness (sedih), dan Anger (marah).

Lima emosi itu benar dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Kalau kita mampu memancing emosional pangsa pasar kita, maka strategi emotional marketing bakal berjalan. Tinggal tentukan saja, pesan emotional marketing mengasosiasikan emosi yang mana.

• Si Joy bikin banyak orang nge-share
Kalau pesan emosional marketing yang kita luncurkan menimbulkan perasaan senang, maka biasanya orang-orang akan banyak membagikan (share). Dan jika rasa senang muncul, buntutnya adalah konsumen bahagia dan puas dengan produk/jasa yang kita pasarkan.

• Banyak yang nge-klik kalau kontennya sedih
Bagaimana kalau kontennya menerbitkan rasa sedih? Banyak mengandung bawang, kata netizen untuk menggambarkan betapa pesan emosional yang kita sampaikan membuat orang menangis. Jika kontennya sedih, emosi negatif, banyak orang akan nge-klik namun belum tentu membagikannya di jejaring media sosialnya.

• Ketakutan yang timbul, memicu tindakan
Konten yang bersifat memunculkan rasa takut, cocoknya untuk memasarkan layanan masyarakat atau hal yang bersifat sosial/nirlaba.

Memang konten yang ngeri-ngeri lekas menjadi viral. Tapi jangan bikin konten asal menakutkan ya, karena bisa meleset dari tujuan. Calon konsumen malah bisa tidak menyukainya dan lantas benci pada brand kita. Jangan sampai ini terjadi deh ya.

• Pancing rasa jijik dan marah, maka banyak yang komen
Emotional marketing kita membutuhkan pesan yang amat kuat supaya dapat memunculkan perasaan jijik dan atau marah. Masih jarang perusahaan pemilik brand ternama yang menggunakan strategi emosional yang ini.

Kalau kita menerapkan strategi emotional marketing yang mengundang rasa marah dan jijik audiens, maka umumnya bakal banyak komentar bermunculan. Tentu ini menarik, banyak sasaran jadi kenal dan memahami brand kita.

Sayangnya, kalau tidak berhati-hati, emotional marketing jenis ini bisa jadi boomerang. Bukannya tertarik untuk membeli atau menggunakannya, bisa jadi malah anti-pati pada brand kita. Makanya kudu ekstra hati-hati banget nih.

Agar tak salah langkah, pastikan strategi emotional marketing berjalan dengan benar. Sesuai sasaran, meningkat branding dan penjualan. Siap-siap banyak cuan!

Bagaimana menurut kamu penjelasan tentang strategi emotional marketing di atas? Selamat membuat strategi ya. Semoga berhasil.